Filsafat Umum
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan Filsafat Ilmu ini.
Maksud penyusunan makalah ini
adalah sebagai syarat memenuhi tugas Filsafat Ilmu. Makalah ini juga
menguraikan beberapa materi mengenai Kebakaran Hutan dan juga untuk mempermudah
pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI.
Dalam penyusunan makalah ini,
penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang turut serta membantu dalam
penyelasaian makalah ini baik moril maupun materil. Kepada orangtua dari saya
yang telah memberi support dan motivasi untuk pembuatan makalah ini. Tidak lupa
kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing saya, kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin
kami berikan kepada para mahasiswa dari hasil makalah ini.Karena itu kami
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama, bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini.
Jakarta, 11 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................... 1
DAFTAR
ISI..................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................... 3
1.2 Rumusan
Masalah............................................. 3
1.3 Tujuan………………………………….………… 4
1.4 Manfaat………………………………..…………. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Kenyataan
Atau Fakta......................................... 5
2.2
Kebenaran......................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................... 9
3.2
Saran.................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang
ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa
dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun
demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya
yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan
yang berbeda. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik
itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan
manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang
tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai
pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.
Eksistensi ilmu mestinya tidak dipandang sebagai sesuatu yang sudah
final, dia perlu dikritisi, dikaji, bukan untuk melemahkannya tapi untuk memposisikan
secara tepat dalam batas wilayahnya, hal inipun dapat membantu terhindar dari
memutlakan ilmu dan menganggap ilmu dan kebenaran ilmiah sebagai satu-satunya
kebenaran, disamping perlu terus diupayakan untuk melihat ilmu secara integral
bergandengan dengan dimensi dan bidang lain yang hidup dan berkembang dalam
memperadab manusia. paradigma yang paling menonjol sekarang ini adalah
paradigma positivistik, dimana kenyataan menunjukan paradigma ini banyak
memberikan sumbangan bagi perkembangan teknologi dewasa ini , akan tetapi tidak
berarti paradigma lainnya tidak berperan , peranannya tetap ada terutama dalam
hal-hal yang tak dapat dijelaskan oleh
paradigma positivistik , hal ini terlihat dengan berkembangnya paradigma naturalistik yang telah mendorong berkembangnya penelitian
kualitatif . oleh karena itu nampaknya paradigma-paradigma tersebut tidak
bersifat saling menghilangkan tapi lebih bersipat saling melengkapi , hal ini
didasari keyakinan betapa kompleksnya realitas dunia dan kehidupan di dalamnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas berikut merupakan rumusan masalahnya :
1.
Pengertian
Fakta dan Kenyataan filsafat Ilmu.
2.
Pengertian
Kebenaran Filsafat Ilmu.
3.
Macam-macam
Kebenaran Filasat Ilmu.
4.
Pengertian
Kebenaran Struktural Paradigmatik.
1.3
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah di atas, adapun
tujuan yang dicapai meliputi :
1.
Untuk
mengetahui pengertian Fakta dan Kenyataan Filsafat Ilmu.
2.
Untuk
mengetahui dan menjelaskan pengertian Keneran Filsafat Ilmu.
3.
Untuk
menjabarkan macam-macam kebenaran dalam Filsafat Ilmu.
4.
Untuk
menjelaskan tentang Kebenaran Struktural Paradigmatik.
1.4
Manfaat
Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah dan tujuan diatas,
adapun manfaat yang di harapkan :
1.
Memberikan
Informasi tentang pengertian Fakta atau Kenyataan dalam Filsafat Ilmu.
2.
Memberikan
Informasi tentang pengertian Kebenaran dalam Filsafat Ilmu.
3.
Meberikan
penjelasan tentang macam-macam Kebenaran dalam Filsafat Ilmu.
4.
Memberikan
penjabaran tentang Kebenaran Struktural Paradigmatik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kenyataan atau Fakta
Fakta (bahasa
Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau
data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Catatan
atas pengumpulan fakta disebut data.
Fakta sering kali
diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena
mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka
dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
Dalam istilah
keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang objektif dan dapat dilakukan
verifikasi oleh siapapun.
Di luar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:
Ø
Suatu
hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas
· Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu
pengamatan.
· Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis
yang benar dari suatu pengamatan.
Ø
Suatu
kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena
apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang
biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu
fenomena.
Ø
Sesuatu
yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat
Ø
Sesuatu
yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan
Ø
Informasi
mengenai subjek tertentu
Ø
Sesuatu
yang dipercaya sebagai penyebab atau makna
Fakta atau
kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang
filosofis yang melandasinya. Berikut pandangan mengenai pengertian fakta dari
berbagai aliran:
a)
Positivistik
berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang
sensual satu dengan sensual lainnya.
b)
Fenomenologik
memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama,
menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide
dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara
fenomena dengan sistem nilai.
c)
Rasionalistik
menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema
rasional.
d)
Realisme-metafisik
berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan
obyektif.
e)
Pragmatisme
memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Pada sisi lain,
Lorens Bagus (2005) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan
fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomena atau bagian realitas
yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta
ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang
dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta
ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini, bangunan
teoritis itu mustahil terwujud. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang
diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu
deskripsi ilmiah.
2.1
Kebenaran
Ilmu pada
dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai fenomena empiris yang terjadi di alam ini,
tujuan dari upaya tersebut adalah untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar
atas fenomena tersebut. Terdapat kecenderungan yang kuat sejak berjayanya
kembali akal pemikiran manusia adalah keyakinan bahwa ilmu merupakan
satu-satunya sumber kebanaran, segala sesuatu penjelasan yang tidak dapat atau
tidak mungkin diuji, diteliti, atau diobservasi adalah sesuatu yang tidak
benar, dan karena itu tidak patut dipercayai.
Akan tetapi
kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat dijawab dengan ilmu,
banyak sekali hal-hal yang merupakan konsern manusia, sulit, atau bahkan tidak
mungkin dijelaskan oleh ilmu seperti
masalah Tuhan, Hidup sesudah mati, dan hal-hal lain yang bersifat non –
empiris. Oleh karena itu bila manusia hanya mempercayai kebenaran ilmiah
sebagai satu-satunya kebenaran, maka dia telah mempersempit kehidupan dengan
hanya mengikatkan diri dengan dunia empiris, untuk itu diperlukan pemahaman
tentang apa itu kebenaran baik dilihat dari jalurnya (gradasi berfikir) maupun
macamnya.
Bila dilihat
dari gradasi berfikir kebenaran dapat dikelompokan kedalam empat gradasi
berfikir yaitu :
1.
Kebenaran Biasa.
Yaitu kebenaran yang dasarnya adalah common sense atau akal sehat.
Kebenaran ini biasanya mengacu pada pengalaman individual tidak tertata dan
sporadis sehingga cenderung sangat subjektif sesuai dengan variasi pengalaman
yang dialaminya. Namun demikian seseorang bisa menganggapnya sebagai
kebenaran apabila telah dirasakan manfaat praktisnya bagi kehidupan
individu/orang tersebut.
2.
Kebenaran
Ilmu
Yaitu kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada
fakta-fakta empiris, serta memungkinkan semua orang untuk mengujinya dengan
metode tertentu dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama.
3.
Kebenaran
Filsafat
Kebenaran model ini sifatnya spekulatif, mengingat sulit/tidak
mungkin dibuktikan secara empiris, namun bila metode berfikirnya difahami maka
seseorang akan mengakui kebenarannya. Satu hal yang sulit adalah bagaimana
setiap orang dapat mempercayainya, karena cara berfikir dilingkungan
filsafatpun sangat bervariasi.
4.
kebenaran
Agama
Yaitu kebenaran yang didasarkan kepada informasi yang datangnya
dari Tuhan melalui utusannya, kebenaran ini sifatnya dogmatis, artinya ketika
tidak ada kefahaman atas sesuatu hal yang berkaitan dengan agama, maka orang
tersebut tetap harus mempercayainya sebagai suatu kebenaran.
Dari uraian di
atas nampak bahwa maslah kebenaran tidaklah sederhana,
tingkatan-tingkatan/gradasi berfikir akan menentukan kebenaran apa yang
dimiliki atau diyakininya, demikian juga
sifat kebenarannya juga berbeda. Hal ini menunjukan bahwa bila seseorang
berbicara mengenai sesuatu hal, dan apakah hal itu benar atau tidak, maka
pertama-tama perlu dianalisis tentang tataran berfikirnya, sehingga tidak serta
merta menyalahkan atas sesuatu pernyataan, kecuali apabila pembicaraannya
memang sudah mengacu pada tataran berfikir tertentu.
Sesungguhnya,
terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional,
kita mengenal tiga teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik
(Suriasumantri, 1999). Sementara, Michel William mengenalkan lima teori
kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi,
kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan,
Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik.
(Ismaun; 2001)
a)
Kebenaran
koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan
antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi
dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai.
Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran
transendental.
b)
Kebenaran
korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya
sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan
adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang
diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
c)
Kebenaran
performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual
dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik,
maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu
benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d)
Kebenaran
pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik
dan memiliki kegunaan praktis.
e)
Kebenaran
proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep
kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif.
Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika
Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu
proposisi. Pendapat lain
yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya,
melainkan dilihat dari benar materialnya.
f)
Kebenaran Struktural Paradigmatik
Kebenaran struktural paradigmatik Sesungguhnya kebenaran struktural
paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai
sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut
lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal
semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan
mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Substansi
filsafat dapat di kelompokkan dalam
kenyataan atau fakta, kebenaran, konfimasi, logika
interferensi, dan telaah
kontruksi teori. Kenyataan atau fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi
dan memiliki bukti tetap tidak mungkin dengan alat-alat yang serba kasar
seperti panca indera, manusia dapat menyaksikan hakikat semua kenyataan sebagai
kebenaran sejati. Untuk dapat meraih hakikat kenyataan sebagai kebenaran
sejati, disamping panca indra dan
akal, manusia dikaruniai pula budi sebagai
alat perantara antara akal dan Tuhan.
Kebenaran dapat
di kelompokkan kedalam Kebenaran Koherensi : Adanya kesesuaian atau
keharmonisan antar suatu yang memiliki hirarki yang tinggi dari
suatu unsur tersebut, baik
berupa skema atau pun
nilai. Kebenaran Korespondensi : Terbuktinya
sesuatu dengan adanya kejadian
yang sejalan atau berlawanan arah antara fakta yang diharapkan, antara
fakta dan keyakinan. Kebenaran
Performatif : Pemikiran manusia yang
menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan apapun yang
ada dibaliknya. Baik yang praktis, teoritik
maupun yang filosifik. Sesuatu benar
apabila dapat diaktualisasikan dalm tindakan. Kebenaran
Pragmatik :Yang benar adalah
yang konkrit, individual dan spesifik. Kebenaran Proporsi
:Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proporsinya benar, yakni
bila sesuai dengan persyaratan formal suatu
proporsi. Kebenaran Struktural
Paradigmatik Merupakn perkembangan
dari kebenaran dari
perkembangan korespondensi
3.2 Saran
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta
saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih
disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar